Kemiskinan
Struktural di Masyarakat Miskin Kota:
Masalah
dan Agenda Strategis
Kemiskinan tampaknya
menjadi masalah yang sangat krusial saat ini. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan menyebabkan terjadinya pelonjakan angka pengangguran yang juga
menjadi akibat terjadinya pelonjakan angka kemiskinan. Kemiskinaan tidak hanya
terjadi didaerah pedesaan tetapi saat ini justru lebih mengarah ke daerah
perkotaan. Kemiskinan di perkotaan,
persoalannya lebih kompleks disbanding dengan yang ada dipedesaan. Masyarakat
desa masih mungkin mengandalkan sebagian sumbangan panganna berasal dari alam ataupun
tetangga sekitar, tetapi bagi masyarakat kota cenderung kurang dalam hal ini
dikarenakan jaringan pengaman sosial tidak sekuat di pedesaan. Selain itu
persoalan kemiskinan di perkotaan juga semakin krusial ditangani terutama
karena ekses sosialnya yang luas, seperti meningkatnya kriminalitas di
perkotaan, meningkatnya jumlah anak jalanan, konflik sosial, penjarahan dan
berbagai bentuk persoalan sosial lain.
Daerah-daerah besar
yang mengalami permasalahan kemiskinan perkotaan sangat banyak seperti Jakarta,
Malang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Mataram, dan Palu. Setiap
daerah melakukan kajian terhadapa permasalah kemiskinan di daerahnya, dengan
melihat mengapa kemiskinan itu terjadi dan sampai saat ini belum terselesaikan
serta bagaimana visi kedepan untuk menanggulangi kemiskinan struktural yang
terjadi didaerahnya masing-masing. Dalam buku yang membahas bagaimana hasi dari
kajian di daerah tersebut pada dasarnya memiliki persamaan terhadap akar dari
kemiskinan dan bagaimana visis kedepan untuk meminimalisir kemiskinan yang ada
dengan merumuskan kebijakan yang berorientasi kepada rakyat miskin kota dan
mengikutsertakan rakyat dalam pengambilan keputusan yang ada.
Faktor-faktor
kemiskinan dalam arti tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau ketidakmampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang serta biaya lainnya secara
layak yang dipengaruhi oleh aspek politik, ekonomi dan sosial budaya. Selain
itu factor lain yang menyebabkan kemiskinan structural diperkotaan juga terkait
dengan tiga aspek yaitu kelembagaan, regulasi/kebijakan ekonomi pada orde baru
dan masalah transparansi serta “good
governance”. Berbagai daerah kota yang mengalami permasalah kemiskinan
perkotaan menyataan bahwa regulasi atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pada
masa orde baru sangat berdampak signifikan terhadapa masyarakat samapai saat
sekarang ini. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan hanya memihak pada satu
golongan saja yang mengutamakan kepentingan ekonomi dan mengakibatkan
kesengasaraan dan menindas rakyat miskin serta kebijakan tersebut dinilai tidak
berhasil dilakukan. Gambaran lain yang menunjukkan kemiskinan kota antara alain
adanya dinamika pergulatan konflik yang mewarnai perkotaan menunjukkan
kecenderungan negative mulai dari konflik pertanahan yang diselesaikan dengan
kekerasan, kriminalitas dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
persoalan yang berkaitan dengan kemiskinan perkotaan selain tidak tercukupinya
pemenuhan kebutuhan dasar yaitu pemenuhan kebutuhan afeksi sebuah kebutuhan
yang berhubungan dengan perasaan dan emosi, persoalan identitas yang menjadi
persoalan yang fundamental dengan adanya pengakuan sebagai warga kota serta
tidak adanya ruang untuk melakukan partisipasi politik untuk memperjuangkan dan
mempertahankan hak-haknya.
Pilihan bentuk kota
yang demikian tentu membawa impilkasi yaitu terdapatnya dimensi yang menyertai
kemiskinan kota. Dimensi kemiskinan majemuk yang dialami masyarakat miskin
perkotaan dapat diidentifikasi dari beberapa aspek yaitu: Rendahnya
kesejahteraan, rendahnya akses pada sumber daya, rendahnya kesadaran kritis,
rendahnya partisipasi, rendahnya daya atu posisi tawar. Berbagai daerah dengan pengalaman kemiskinan masyarakat
miskin kota terdapat beberapa kelompok rentan di perkotaan yaitu tukang becak, pedagang
kaki lima/kecil (gerobak,bakulan) asongan, pengamen, pemulung pengemis,
gelandangan, anak jalanan, asongan, petani kota, nelayan kota, tukang ojek,
tukang parker, difable dan pekerja seks komersial. Kemiskinan dalam arti tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar atau asasi manusia tidak bisa lepas dari banyak
factor yang berpengaruh dalam suatu tempat. Aspek ekonomi bukanlah satu-satunya
penyebab kemiskinan di perkotaan, factor yang lain seperti sosial budaya,
politik memiliki peranan yang sangat kuat dalam melatarbelakangi munculnya
lingkaran kemiskinan yang tak terselesaikan. Aspek politik yang menyebabkan
kemiskinan yaitu: tidak ada budaya demokrasi yang mengakar, tidak berdayanya
mekanisme dan system perwakilan politik mengahadapi kepentingan modal, tidak
ada control langsung dari rakyat terhadap birokrasi, keputusan-keputusan
politik yang sangat dipengaruhi keputusan dan kepentingan politik luar negeri.
Aspek ekonomi yang mengakibatkan munculnya kemiskinan yaitu: kebijakan
globalisasi atau liberalisasi sistem ekonomi, rendahnya akses terhadap factor
produksi pembangunan yang berorientasi pertumbuhan, spekulasi mata uang. Aspek sosial
budaya yang mengakibatkan kemiskinan yaitu: hancurnya identitas sosio cultural
yang hidup di masyarakat, hancurnya kemampuan komunikasi antar berbagai
kelompok dan gerakan sosial, marginalisasi mayoritas rakyat.
Mengingat adanya kompleksitas
persoalan kemiskinan di wilayah perkotaan menuntut adanya pemetaan secara
kritis kendala yang dihadapi dalam upaya pengentasan kemiskinan structural
diperkotaan. Adapun kendala itu terjadi diseluruh lapisan masyarakat, yaitu:
kelemahan dari dalam diri rakyat miskin sendiri; kelemahan lain adalah
datangnya dari NGO, yang dalam proses advokasi dan program pendampingannya
menggunakan asumsi masyarakat miskin kota dalam keadaan lemah; munculnya
kembali era multi parti ternyata belum member jaminan bergantinya system
birorasi: kalangan intelektual yang berada di kampus baik itu staf edukasi dan
mahasiswa ternyata belum mampu menurunkan kadarnya sebagai kelompok elit;
pembubaran departemen penerangan yang menandai era kebebasan pers ternyata
belum member jaminan lepasnya media massa dari orientasi kepada pasar.
Upaya
penanggulangan kemiskinan yang hanya bersifat parsial mustahil dapat menanggulangi
persoalan kemiskinan secara efektif, untuk menanggulangi masalah sosial ekonomi
penduduk miskin structural diupayakan program recue dengan cara memberikan bantuan langsung kepada masyarakat
miskin. Ada enam kategori yang harus dijadikan patokan untuk mewujudkan visi
kota untuk semua, yaitu: terbukanya ruang politik yang memungkinkan
keterlibatan dan peran serta rakyat dalam proses pengambilan kebijakan;
terbukanya peluang bagi penguasaan sumber daya kehidupan sosial maupun sumber
daya penghidupan beruapa alat produksi dan factor produksi untuk masyarakat
luas dan secara adil; kota harus menjammin kehidupan sosial masyarakatnya,
sehingga kota sebagai sarana yang memberikan kebebeasan berekspresi, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat serta berserikat; kota juga harus mampu menjamin
warga kota dala penegakan hukum yang adil sehingga kota merupakan tempat yang
bebas akan bentuk kekerasan; terciptanya sarana dan prasarana yang member
peluang bagi kenyamanan warga kota mulai dari system transporatasi yang ramah
lingkungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota dan didukung oleh distem
informasi yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat; serta adanya
perlindungan, pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dengan tidak
bertentangan dengan HAM.
Agenda
perubahan sangat diperlukan untuk meminimalisasi kemiskinan diperkotaan yaitu
dengan adanya peran pemerintah dan peran masyarakat. Agenda yang harus
dilakukan memiliki prioritas sebagai berikut:
|
Peran
masyarakat
|
Peran
Pemerintah
|
Pemberdayaan
Melalui Pengorganisasian
|
· Masyarakat
Miskin mengembangkan kelembagaan
· NGO/LSM
memfasilitasi terbentuknya organisasi rakyat
· Mendorong
semua pihak berorientasi pada masyarakat miskin.
· Pendidikan
alternatif
|
· Pengakuan
warga kota tanpa pembedaan status
· Pengembalian
hak asal usul masyarakat
· Pemerintahan
bersih
· Rekonstruksi
pendidikan
|
Advokasi
dan Diseminasi Informasi
|
· Rakyat mulai
mengembangkan fasilitas dasarnya
· Ikut dalam
“Forum Antara”
· Pengembangan
Media Komunikasi RMK
· Pengembangan
mekanisme penyusunan kebijakan terhadap Rakyat Miskin Kota
· Public hearing APBD dan PAD
· Program
pengkajian krisis terhadap sector kerawanan kota dan kelompok rentan
kemiskinan di kota
· Pelatihan civic education bagi masyarakat formal
dan informal
|
·
Mendukung
·
Menyediakan ruang public
·
Kemudahan dana untuk mendukung inisisatif,
kreatifitas usaha ekonomi rakyat miskin kota
·
Penyusunan kembali konsep dan model pendidikan non
formal di perkotaan bersama rakyat
·
Pertemuan rutin serta penyamaan persepsi pada
tingkat pemegang kebijakan kota yang berkait dengan penanggulangan kemiskinan
|
Optimalisasi
Jaringan Masyarakat Miskin Kota Melalui forum
|
· Mampu
merumuskan dan mempengaruhi pengambilan keputusan
· Penegakan
hukum formal maupun hukum lokal untuk bertindak tegas terhadap KKN
· Penyusunan dan
implementasi program bersama antara RMK dan pelaku pembangunan
|
·
Mendengar dan menerima
·
Kemudahan dana untuk mendukung inisisatif,
kreativitas usaha ekonomi rakyat miskin kota.
|